Kamis, 16 April 2009

Senin, 06 April 2009

Asuhan Keperawatan Pada Diare Akut

A. Konsep Diare Akut

I. Pengertian

a. Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, neonatus ><> 1 bulan frekuensinya > 3x/hari.

(FKUI, Ilmu Kesehatan Anak 1, 2000: 283)

b. Diare adalah peningkatan frekuensi dan kandungan air pada feses.

(Rosenstein, Fosanelli, Intisari Pediatri, 1997:115)

c. Diare adalah deteksi encer > 5x/hari dengan tanpa darah/lendir.

(FKUB, Pediatri, 2001:5)

d. Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak pada anak yang semula sehat.

(FKUB, Pediatri, 2001:9)

II. Etiologi

Penyebab dari diare akut antara lain :

a. Faktor infeksi

1. Infeksi virus

· Retavirus

- penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.

- timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.

- dapat ditemukan demam atau muntah.

- didapatkan penurunan HCC.

· Enterovirus

- biasanya timbul pada musim panas.

· Adenovirus

- timbul sepanjang tahun

- menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan

· Norwalk

- epidemik

- dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).


2. Bakteri

· Stigella

- semusim, puncaknya pada bulan Juli-September

- insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun

- dapat dihubungkan dengan kejang demam.

- muntah yang tidak menonjol

- sel polos dalam feses

- sel batang dalam darah

· Salmonella

- semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.

- menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.

- mungkin ada peningkatan temperatur

- muntah tidak menonjol

- sel polos dalam feses

- masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.

- organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.

· Escherichia coli

- baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin.

- pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.

· Campylobacter

- Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.

- kram abdomen yang hebat.

- muntah/dehidrasi jarang terjadi

· Yersinia Enterecolitica

- feses mukosa

- sering didapatkan sel polos pada feses

- mungkin ada nyeri abdomen yang berat

- diare selama 1-2 minggu

- sering menyerupai apendicitis


b. Faktor Non Infeksiosus

1. Malabsorbsi

· Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

· Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.

· Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin

2. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).

3. Faktor Psikologis

Rasa takut,cemas.

III. Patofisiologi

FAKTOR INFEKSI FAKTOR MALABSORBSI FAKTOR MAKANAN FAKTOR PSIKOLOGIS




Masuk dan berkembang Berkurangnya kemampuan Toksin tidak dapat diserap Hiperperistaltik

Biak dalam usus absorbsi

Menempel pada Tekanan osmotik di rongga Hiperperistaltik Kesempatan usus

Dinding usus usus menyerap makanan

Pergeseran air dan elektrolit Kesempatan usus

Ke dalam rongga usus menyerap makanan

Isi rongga usus


Sebagai akibat diare akut maupun kronik dapat terjadi :

1. Gangguan keseimbangan asam basa

Diare

Kehilangan Na+, K+

Bersama tinja

Metabolisme lemak

tidak sempurna

Suplai O2 ¯

Keton tertimbun

Anoksi jaringan

dalam tubuh

Penimbunan asam laktat

Ketosis

Tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal

Oligura /anuria

Gangguan keseimbangan asam basa

2. Dehidrasi

Diare

Banyak kehilangan air

Yang keluar bersama tinja

Input cairan < dehidrasi

3. Hipoglikemi

KKP

Diare

Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu, adanya gangguan absorbsi glukosa.

Hiploglikemi


4. Gangguan gizi

Diare

· Pemberian makanan dihentikan karena takut diare/muntah

· Pengenceran pada susu yang diberikan terlalu lama

· Makanan yang tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

Gangguan Gizi

IV. Gejala Klinis

a. anak cengeng, gelisah

b. suhu tubuh meningkat

c. nafsu makan menurun/tidak ada

d. timbul diare (tinja cair dengan atau darah/lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijau karena tercampur empedu).

e. anus dan sekitarnya lecet, karena seringnya defeksi yang makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dan pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus.

f. muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)

g. dehidrasi (banyak kehilangan air dan elektrolit) dengan gejala :

· BB turun · tonus otot dan turgor kulit berkurang

· pada bayi UUB cekung · selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Berikut ini adalah tanda/gejalanya :

Tingkat dehidrasi

Parameter

Ringan

Sedang

Berat

Sensori

Baik

Gelisah

Apatis/coma

Sirkulasi

120

120 – 140

> 140

Respiratori

Biasa

Agak cepat

Kusmaull

Rasa haus

+

++

+

Oligori

Biasa

Sedikit

-

Turgor

Agak kurang

Kurang

Sangat kurang

Tonus

Biasa

Agak ¯

Menurun

Mata

Agak cekung

Cekung

Cekung sekali

UUB

Agak cekung

Cekung

Cekung sekali

Mulut

Normal

Agak kering

Kering + sianosis


Keterangan :

<>

1-2 detik : turgor kurang

> 2 detik : turgor sangat kurang

V. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

2. Pemeriksaan darah

a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.

b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Doudenal Intubation

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

VI. Penatalaksanaan

1. Pemberian cairan

a. Jenis cairan

· Cairan dehidrasi oral (Oral Rehidration Salt)

· Formula lengkap (oralit) mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa.

- anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi: kadar natriumnya 90 mEg/l (untuk pencegahan dehidrasi)

- anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi : kadar natriumnya 50-60 mEg/l.

· Formula sederhana (tidak lengkap) mengandung NaCl dan Sukrosa atau Karbohidrat lain.

Misalnya : larutan gula garam/LGG (1/4 sdt + 1 sdm + 200 ml air), larutan air tajin, garam, larutan tepung beras garam dsb.

Ditujukan untuk pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.

· Cairan parenatal

- dengan aa (1 bagian larutan darrow + 1 bagian glukosa 5%)

- RL 9 (1 bagian RL + 1 bagian glukosa 5%)

- RL (ringen laktat)

- 3 (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian natrium laktat 1/6 mol/l)

- DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%)

- RLG 1 : 3 ( 1 bagian RL + 3 bagian glukosa 5%)

- Cairan 4 :1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1,5% atau 4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaCl 0,9%)

b. Jalan pemberian cairan

· Parenal untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak mau minum dan kesadaran baik.

· Intragastrik untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak tidak mau minum atau kesadaran menurun.

· Intravena untuk dehidrasi berat.

c. Jumlah cairan

Jumlah cairan yang hilang menurut derajad dehidrasi pada anak di bawah
2 tahun.

Derajad dehidrasi

PWL

NW

CWL

Jumlah

Ringan

Sedang

Berat

50

75

125

100

100

100

25

25

25

175

200

250

d. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan

· belum ada dehidrasi

- Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air besar.

- Parental dibagi rata-rata 24 jam.

· Dehidrasi ringan

- 1 jam pertama : 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik.

- selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum


· Dehidrasi sedang

- 1 jam pertama : 50-100 ml/kgBB personal atau intragastrik

- selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum

· Dehidrasi berat, untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3-10 kg.

- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 10 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau

13 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml = 20 tetes)

- 7 jam kemudian : 12 ml/kg/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau

4 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes.

2. Pengobatan Dietetik

Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg.

Jenis makanan :

- Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh misalnya LLM, Almiron).

- Makanan setengah padat (bubur syusu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat.

- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktose atau susu dengan asam lemak tak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.

- Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral.

Bila diberi ASI atau susu Formula, diare masih sering, hendaknya diberikan tambahan oralit atau air tawar selang-seling dengan ASI, misalnya : 2x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar atau 1x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar.

- Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh

- Hari 6 : Dipulangkan dengan ASI (susu formula sesuai dengan kelainan yang ditemukan dari pemeriksaan laboratorium)

Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa seperti SGM, Lactogen, Dancow dsb, dengan menu makan sesuai dengan umur dan BB bayi.


3. Obat-obatan

a. Obat anti sekresi

- Asetosal

Dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg

- Klorpiomazin

Dosis : 0,5 – 1 mg/kgBB/nasi

b. Obat antispasnolitik

Pada umumnya obat anti sparmolitik seperti papaverine, ekstrak beladona, opium, laperamid dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut.

c. Obat pengeras tinja

Obat pengeras tinja seperti kaolin, pelktin, diarcoal, tabonal dan sebagianya tidak ada manfaat untuk mengatasi diare.

d. Antibiotika

Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut, kecuali jika penyebabnya jelas seperti :

- koleksi, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari

- campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari


B. Manajemen Asuhan pada Anak dengan GEA

I. Pengkajian

a. Data Subyektif

1. Identitas

Umur : lebih sering terjadi pada usia 6-11 bulan

2. Keluhan utama

BAB cair > 4x

3. Riwayat kesehatan sekarang

Mula-mula pasien cengeng, suhu badan meningkat, nafsu makan menurun, kemudian timbul diare. Tinja cair dengan atau tanpa darah/lendir, warna makin lama berubah menjadi kehijauan. Gejala muntah bisa timbul sebelum atau sesudah diare.

4. Riwayat penyakit dahulu

Anak pernah menderita penyakit campak.

5. Riwayat kesehatan keluarga

6. Riwayat imunisasi

7. Riwayat kehamilan dan persalinan

8. Riwayat tumbuh kembang

9. Riwayat psikologi

10. Pola kebiasaan sehari-hari

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

KU : gelisah, rewel

Kesadaran : composmentis

Nadi : normal (120-140)

Suhu : meningkat

2. Pemeriksaan fisik (infeksi, palpasi,perkusi)

Kepala : UUB cekung

Mata : cowong

Mulut : selaput lendir mulut dan bibir kering

Dada : paru : pernafasan agak cepat

Perut : bising usus meningkat, peristaltik usus meningkat

Kulit : turgor kulit kurang (1-2 detik)

Genetalia : daerah anus dan sekitarnya lecet

3. Pemeriksaan penunjang/lab

4. Program terapi

- pemberian cairan

- pemberian makanan

- obat-obatan

B. Identifikasi Masalah/Diagnosa

Dx : gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang.

DS : -

DO : - keadaan umum lemah (gelisah)

- anak cengeng

- mata cowong

- selaput lendir mulut dan bibir kering

- BAB cair > 4 kali dengan atau tanpa darah/lendir

- muntah

- turgor kulit turun (1-2 detik)

Masalah:

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan

3. Perubahan integritas kulit

4. Gangguan rasa nyaman sehubungan denngan diare, kram abdomen dan muntah.

5. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang pengertian, diit dan tanda gejala diare.

6. Potensial terjadi infeksi nosokomial

C. Intervensi

Dx : gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang.

Tujuan : GEA dapat disembuhkan dan tidak ada dehidrasi

KH : keadaan umum baik (T : 36,5 – 37,2 oC; N : 100-140 x/mnt, RR : 20-30 x/mnt).

Mata tidak cowong, turgor normal (1-2 detik)

Konsistensi feses lunak, frekuensi 3x sehari.

Selaput lendir mulut dan bibir lembab.

Intervensi :

1. Observasi tanda-tanda vital.

R : Parameter keadaan umum klien dan deteksi dini adanya kelainan.

2. Observasi intake dan out put.

R : Catatan masukan dan pengeluaran membantu mendeteksi dini ketidakseimbangan cairan

3. Observasi tanda-tanda dehidrasi

R : Tanda-tanda dehidrasi digunakan untuk mengetahui derajad dehidrasi

4. Kolaborasi untuk rehidrasi

R : Rehidrasi untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang dan mempercepat penyembuhan.

5. Melaksanakan program terapi dokter dalam pemberian obat

R : Perawatan bersama akan mempercepat dan mempermudah dalam mengatasi masalah.

Masalah :

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

KH : BB sesuai umur, diit dihabiskan

Intervensi :

a. Berikan makanan cukup gizi sesuai diit

R : Zat gizi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Dengan gizi seimbang maka tumbuh kembang anak dapat optimal serta dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit.

b. Jelaskan pada ibu tentang pentingya nutrisi

R : Dengan bertambahnya pengetahuan diharapkan dapat menambahkan perilaku ibu dalam memenuhi dan mempersiapkan gizi anak dengan baik.

c. Timbang BB

R : Kecukupan gizi dapat diketahui dengan melakukan penimbangan BB

2. Perubahan integritas kulit

Tujuan : anak didik mengalami ruang bokong

KH : kulit di sekitar anus tidak merah dan lecet

Intervensi :

a. Jaga daerah sekitar anus agar tetap bersih dan kering

R : Keadan bersih dan kering mencegah kembangbiaknya mikro organisme.

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah menggant popok

R : Cuci tangan dapat mencegah penyebaran kuman dan mencegah terjadinya infeksi.

c. Hindari penggunaan bedak jika lecet

R : Partikel bedak akan melekat pada kulit dan menambah lecet sehingga menjadi sarang perkembangbiakan kuman.

3. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan diare, kram abdomen dan muntah.

Tujuan : anak menjadi nyaman dan bebas dari kram abdomen

KH : abdomen tidak kram, anak tidur dengan nyaman dan tidak rewel.

Intervensi :

a. Baringkan pasien dalam posisi terlentang dengan bantalan hangat di atas abdomen

R : Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi kram.

b. Beri penjelasan pada orang tua untuk menghindari air yang sangat dingin atau panas, makanan yang mengandung lemak dan kafein.

R : Cairan dingin merangsang kram cairan panas dan lemak merangsang peristaltik usus dan cafien meningkatkan usus.

4. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang pengetahuan, diit dan tanda gejala diare.

Tujuan : Orang tua mengerti tentang pengertian, diit dan tanda gejala diare.

KH : Orang tua dapat menguraikan tentang diare, tanda gejala diare dan diit untuk anak diare.

Intervensi :

a. Jelaskan tentang diare dan tanda gejalanya.

R : Pemahaman orang tua tentang diare dan tanda gejalanya akan merangsang orang tua untuk kooperatif dalam perawatan upaya penyembuhan.

b. Jelaskan diit untuk anak diare yaitu makanan tinggi serat, tinggi lemak, air yang sangat panas, dingin harus dihindari.

R : Makanan ini dapat mengiritasi usus.

5. Potensial terjadi infeksi nosokomial

Tujuan : Tidak terjadi infeksi nosokomial

KH : Anak tidak terserang penyakit lain selain yang diderita

Intervensi :

a. Cuci tangan sebelum dansesudah menyentuh anak

R : cuci tangan untuk mencegah penyebaran kuman


b. Anjurkan pada orang tua untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh anak.

R : cuci tangan untuk mencegah penyebaran kuman

D. Implementasi

Mengacu pada intervensi

E. Evaluasi

Mengacu pada kriteria hasil